Sabtu, 09 Juli 2016

Asal-usul Pertanian dan Peternakan di Tomohon

Tentang Tomohon (1)

Ketika kita sedang menyantap lesatnya sayur Kol, Petsai, kapala babi rebus, sate babi, ragei dll, Wortel dan Buncis, atau ketika sedang menikmati enaknya daging babi (babi putar, babi tore, tinorasak, kapala babi rebus, sate babi, ragei dll) pernakah selintas pertanyaan, dari mana asal sayur-sayur ini? Dan siapakah yang mengajarkan menanam sayur? Atau siapakah yang mengajarkan memelihara ternak babi dan memotong daging babi? 

Berikut ceritanya. 
Ting (Teng) Eng Poo kelahiran Thn 1883 asal Jinjiang, Distrik Quanzhou, Provinsi Fujian, China dengan beberapa temannya tiba di Manado awal Thn 1900-an jelang Revolusi Xinhai yang menggulingkan Qing Dinasty dan membentuk Republik China Thn 1911. 

Akibat krisis ekonomi yang dahsyat, banyak orang China merantau ke luar China terutama ke negara-negara Asia Tenggara. Ting Eng Poo kemudian datang Tomohon diperkirakan berusia 25 tahun lalu menikahi keke Kakaskasen Bernetji Wewengkang. Saat tinggal di Kakaskasen (kini kintalnya disamping Aula Katolik Jl. Joseph Wewengkang/Kakaskasen I) ia lalu membuka lahan perkebunan. 

Ketika berkebun bersama istrinya, Ting Eng Poo yang membawa bibit-bibit sayuran kol, petsai, caesin, wortel dan buncis dari China lalu memperkenalkan dan membagi ilmu menanam sayur dan cara bercocok tanam kepada orang tua dan pemuda-pemuda Kakaskasen yang waktu itu memang belum mengenal bibit-bibit sayuran tersebut. 

Banyak pekerja-pekerja di Kakaskasen menjadi petani-petani yang hebat dan keahlian ini menyebar ke kampung-kampung al; Paslaten, Matani, Wailan, Rurukan bahkan di beberapa daerah Minahasa lainnya seperti; Tompaso Kawangkoan. 

Ting Eng Poo yang memiliki keahlian bela diri Kungtao dikenal sebagai Kungfu yang dipelajarinya ketika masih muda di kampung halamannya bersama istrinya Bernetji Wewengkang dikaruniai 8 orang anak. Salah satu anaknya yang sukses bernama Merry Wewengkang yang bersuamikan Ronald Korompis yang berhasil mengembangkan dunia pariwisata dan pendidikan yang kita kenal dengan SMP dan SMA Lokon. Dan salah satu cucunya juga, yang memilih jalur politik adalah Jimmy Wewengkang sukses menjadi anggota DPRD Kota Tomohon periode 2014-2019. 

Ting Eng Poo meninggal 31/3/1970 dalam usia 87 tahun dan dikuburkan di pekuburan keluarga yang lahan perkebunan itu adalah lahan pertanian yang dibeli Ting Eng Poo ketika baru pertama kali memulai usaha berkebun di Kakaskasen. Beberapa tahun sebelum meninggal,Ting Eng Poo dibaptis Katolik dengan nama baptisan Paulus. 

Tokoh lain yang dikenal dan yang memperkenalkan serta mengajarkan orang Kakaskasen batanam sayur kol, petsai, caesin, wortel dan buncis bahkan yang mengajarkan orang Kakaskasen belajar memelihara ternak babi dan memotong babi adalah Ho Kwok dikenal panggilan Aso Ako. Aso Ako yang berasal dari Kanton China lahir Thn 1888. 

Diceritakan, awal Thn 1920-an Aso Ako sudah berada di Tomohon dan memulai berkebun serta mengajarkan orang Kakaskasen batanam sayur dan memelihara ternak babi. Rumah awal tempat tinggal Aso Ako di kakaskasen bilangan Talikuran tepatnya lokasi SMP N 3 di Kakaskasen I. 

Usaha Aso Ako sampai ia menikah terbilang sukses saat itu. Selain sukses usaha sayur mayur sampai ia dijuluki Aso Sayur, ia juga berhasil dengan usaha hewan ternak seperti babi, kuda dan sapi. Disebutkan kalau ternak babinya ditahun 1940-an sampai ratusan. Begitu juga dengan ternak kuda dan sapi. Ia juga punya usaha angkutan bendi sebanyak 2 buah. Orang Kakaskasen lalu menyebutnya Aso banyak duit dan memiliki banyak aset tanah dan talaga. Dalam menjalankan bisnis sayurnya Aso Akok selain berkebun ia juga yang mendistribusikan sendiri hasilnya dengan memakai roda sapi dan roda kuda miliknya sendiri. Ia banyak mendapat pesanan al; Pdt.AZR Wenas, Rk/m "Kit Sang" Aso Ako kawin dengan Lina Manopo gadis asal Kayawu. Ia mengenali Lina Manopo saat ia menjadi langganan rutin sayur dari Pdt. AZR Wenas yang waktu itu Ketua Sinode GMIM. Lina Manopo ketika itu bekerja sebagai tukang masak di kediaman Pdt. AZR Wenas di kompleks RS. Bethesda. Karena sering bertemu dan sudah suka-sama suka, akhirnya Pdt. AZR Wenas menikahkan keduanya. Mereka kemudian dianugerahi 10 anak. 

Dimasa tuanya hingga meninggal Aso Kwok tinggal di rumahnya di Kakaskasen II/Jl. Utama Kakaskasen. Aso Ako meninggal tahun 1963 dalam usia 75 tahun. Baik Aso Ako dan Aso Ting Eng Poo keduanya masih mempraktekkan tradisi leluhurnya yaitu; menghisap tembakau dengan menggunakan batang bambu (Oncoe) yang terdiri dari beberapa ruas bambu kecil dengan panjang sekitar 60-80 cm. Namun kedua tokoh China perantauan inii, Aso Ting Eng Poo dan Aso Ho Kwok tidak salah kalau kita menyebutnya sebagai pionir /pelopor tanaman hortikultura di Tomohon, Minahasa bahkan Sulawesi Utara karena jasa mereka tak ternilai. 

Nah, pertanyaan sudah terjawab, olehnya tidak boleh lupa. Ketika kita sedang makan sayur kol, petsai, caesin, wortel, buncis, babi putar, babi tore, tinorasak, kapala babi rebus, sate babi, ragei dll, ingat Aso Ting Eng Poo dan Aso Ho Kwok (Aso Ako)...


Foto di bawah; 
Aso Ho Kwok (Aso Ako) 

 Aso Ting Eng Poo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar