Selasa, 25 Mei 2010

True Story : Polikarpus Smyrna, Martir yang Setia

Polikarpus Smyrna, Martir yang Setia


Polikarpus adalah seorang uskup di sebuah wilayah di Turki. Ia adalah uskup yang disegani oleh rakyat karena berani menentang kaisar dengan menyembah Allah. Namun tak semua orang menghormatinya.

Suatu ketika, seorang pelayan yang mata duitan hendak melaporkan tempat persembunyian Uskup Polikarpus pada polisi yang tengah mencarinya. Ia melakukan hal itu karena tertarik untuk mendapatkan sejumlah uang dari kaisar karena melaporkan penentangnya. Akibat akal busuk pelayan itu, Uskup Polikarpus pun disergap dalam sebuah rumah petani di luar kota Smyrna. Sang Uskup diborgol dan diseret ke kota. Ia pun dihadapkan dengan seorang pe tinggi kekaisaran yang tengah asyik menyaksikan sebuah pertunjukan di stadion.

Melihat siapa yang dibawa di hadapannya sang petinggi pun terkejut dan berdiri dari tempat duduknya, lalu menatap mata Polikarpus. Ia setengah tak percaya berhadapan muka dengan sosok yang disegani rakyat dan merupakan penentang kaisar. Saat itu juga ia minta Sang Uskup mengingkari imannya. Ia minta Polikarpus bersumpah demi roh pelindung kaisar dan mengutuk Yesus.

Akan tetapi dengan tenang Polikarpus menjawab,”Delapan puluh enam tahun saya berhamba pada Yesus dan Ia tak pernah sekalipun mengingkari saya. Bagaimana mungkin saya akan mengutuk Raja dan Juru selamatku?” Ancaman dan segala bujuk rayu tak mempan agar Polikarpus mengingkari imannya.

Bagai Emas Disepuh

Si petinggi kaisar setengah malu dan marah melihat ‘ulah’ Polikar-pus. Ia pun memerintahkan untuk menjatuhi hukuman bakar pada Polikarpus. Hukuman bakar ini telah diramal-kannya sendiri akan dialaminya. Sejumlah massa rakyat yang tak bersimpati pada Poli-karpus merasa tersing-gung karena merasa Sang Uskup merendahkan dewa-dewa mereka dengan ucapannya. Mereka pun menyiapkan kayu bakar dan menyuruh Polikarpus berdiri di atasnya. Alih-alih takut, Polikarpus justru merentangkan tangannya dan berdoa memuji Tuhan.

Doa sang uskup terjawab. Mukjizat pun terjadi. Nyala api di sekitar tubuh Polikarpus membantuk lengkung dan seolah-olah menjadi dinding yang melindungi Sang Uskup. Ia nampak bagaikan emas yang tengah disepuh dalam tungku.

Si petinggi kekaisaran tak percaya dan naik pitam dengan apa yang dilihat dihadapannya. Ia pun memerintahkan anak buahnya menghujamkan pedang ke tubuh uskup tua tersebut. Akhirnya pada tanggal 23 Februari (kurang lebih tahun 156 M), Polikarpus menghadap Tuhan yang diimaninya dengan setia. Tanggal itu diperingati se bagai hari Sang Santo yang mengimani Yesus Kristus dengan kesetiaan yang tak disangsikan lagi.

Sosok Santo Polikarpus menjadi cermin kesetiaan iman kita. Mampukah kita seperti Santo Polikarpus yang berani membela dan mempertahankan iman saat cobaan hidup yang berat datang?

”Delapan puluh enam tahun saya berhamba pada Yesus dan Ia tak pernah sekalipun mengingkari saya. Bagaimana mungkin saya akan mengutuk Raja dan Juru selamatku?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar